Sabtu, 4 Januari 2025.
Weekend awal tahun kugunakan untuk beres-beres rumah.
Saat beres-beres, aku menemukan banyak banget kaos kaki. Kaos kaki untuk 4 orang selama setahun belakangan ini.
Saat cuci kaos kaki, aku menemukan bahwa semua kaos kaki masih bagus dan layak untuk dipakai. Ada beberapa yang ada pasangan, ada beberapa yang tidak ada pasangan. Untuk yang tidak ada pasangannya, aku tidak berusaha untuk mencari dimana keberadaannya. Padahal aku tahu, mereka pasti tercampur di keranjang cucian di pojokan sana. Aku melanjutkan mencuci yang sudah ku temukan.
Saat melihat jumlah yang banyak, muncul pertanyaan ini.
Kenapa aku selalu membeli baru?
Kenapa aku nggak pake yang udah ada?
Apakah hanya karena aku tidak menemukan kaos kaki ketika akan memakainya?
Ataukah aku terlalu malas untuk mencuci kembali kaos kaki yang sudah kupakai sebelumnya?
Namun, kemudian aku sadar.
Selama ini aku menganggap kaos kaki bukan barang mahal, namun hanya barang murah yang dengan gampang bisa kubeli kapan saja aku membutuhkannya.
Daripada aku harus menghabiskan waktu untuk mencari kemudian mencuci kaos kaki yang ada, aku lebih memilih untuk membeli yang baru. Lebih simple dan tidak merepotkan.
Dari kejadian kaos kaki ini, aku jadi bertanya-tanya.
Dari kejadian kaos kaki ini, aku jadi bertanya-tanya.
Apakah ini memang sifat dasar manusia? Orang cenderung memilih yang paling simple dan efisien, daripada membuat diri "kerepotan" dengan mencari dan merawat yang sudah ada.
Apalagi disaat orang punya 'kemampuan' untuk bisa melakukan lebih dari itu. Pantas saja, orang yang punya kemampuan cenderung menganggap remeh segala sesuatu.
Terkadang, karena merasa kita 'ada dan mampu', kita mengabaikan hal-hal yang ada di sekitar kita.
Semoga dengan segala kemampuan yang kita miliki, kita lebih bijaksana dan lebih menghargai segala sesuatu.
Selamat berefleksi.
-JKT, 4 Januari 2025-

Tidak ada komentar:
Posting Komentar